√ Ngakunya sih Suka Alam yang Asri, Tapi Kok Masih Begitu? - Ilhamsadli.com

Ngakunya sih Suka Alam yang Asri, Tapi Kok Masih Begitu?

Ilhamsadli.com,- Pernahkah Anda mendengar ungkapan "Katanya suka alam yang bagus, tapi diminta merawat malah sebaliknya"? Ungkapan ini seringkali kita temui dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan pemuda. Banyak dari mereka mengaku suka dengan keindahan alam, namun ketika diminta untuk turut serta dalam menjaga hutan, mereka justru cenderung cuek dan enggan melakukannya. Mengapa hal ini terjadi?

Peran Pemuda Dalam Menjaga Alam

Pertama-tama, mari kita lihat mengapa alam yang indah begitu menarik bagi banyak orang, terutama pemuda. Alam yang indah memberikan rasa ketenangan dan keindahan yang tidak bisa didapatkan di tempat lain. Kehadiran pepohonan hijau, derasnya air sungai, dan keanekaragaman flora dan fauna menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang. Pemandangan alam yang menakjubkan juga dapat memberikan inspirasi dan membuat kita merasa lebih dekat dengan alam semesta.

Namun, perlu diingat bahwa alam yang indah tidak akan bertahan lama jika tidak ada yang menjaganya. Inilah peran penting pemuda agar tetap bisa menikmati alam yang indah. Pernah beberapa waktu lalu ramai bahasan mengenai kerusakan alam di Bromo karena ulah oknum, meskipun pada akhirnya bromo menyembuhkan dirinya sendiri.

Dengan adanya ini lalu muncul pertanyaan, apa yang perlu dilakukan oleh para pemuda untuk bisa jaga bumi agar tetap lestari? Apakah harus mengikuti jejak Pandawa Group yang berkeliling Indonesia untuk membersihkan tumpukan sampah, ataukah harus menjadi orang terdepan dalam mengambil tindakan ketika ada kerusakan alam, atau bagaimana?

Tidak Perlu Menjadi Pandawa, Cukup Mulai dari yang Terdekat

Memang tindakan yang diambil oleh Pandawa Group adalah sebuah langkah besar sekaligus bisa memengaruhi banyak orang untuk mulai peduli terhadap alam dan lingkungan. Tetapi tidak semua anak muda bisa sekuat dan vokal seperti Pandawa, Entah benar atau tidak, tetapi menurut pengamatanku sampai saat ini hampir kebanyakan anak mudah yakni generasi Z lebih aktif di medsos dan bisa dibilang mereka punya cukup besar empati dan kepedulian.

Untuk yang belum bisa melakukan gerakan besar seperti mereka, maka cukuplah dengan lakukan beberapa langkah sederhana ini. Meskipun langkah ini sederhana, namun ini adalah sebuah langkah besar untuk bisa berkontribusi untuk alam. 

Cermat Ketika Berbelanja

Langkah pertama dan utama yang bisa dilakukan sebagai anak mudah adalah dengan cermat ketika berbelanja. Mulailah dengan hal sederhana seperti tidak lagi menggunakan plastik sebagai wadah belanja, mulai dengan totebag atau sejenisnya. Memang sederhana tetapi ini menjadi langkah awal yang bisa dilakukan untuk mengurangi konsumsi sampah plastik.

Selain itu, usahakan untuk berbelanja kebutuhan keluarga sesuai dengan jumlah keluarga. Jangan belanja terlalu banyak karena ditakutkan akan ada yang terbuang. Lalu terbuangnya belanjaan ini akan menyumbangkan emisi udara. Jadi bijaklah untuk perkara ini.

Simpan Bahan Makanan dengan Baik

Salah satu masalah yang kadang tidak disadari adalah perkara food wasted. Menyimpan bahan makanan yang sudah dibeli juga merupakan langkah yang bagus. Sadar atau tidak, terkadang ketika terlalu banyak yang disimpan dan terlalu lama, membuat bahan makanan tersebut harus terbuang. Bukan karena tidak terpakai, melainkan tidak sempat terpakai kemudian membusuk.

Banyak kok cara menyimpan bahan makanan hasil belanjaan di pasar berdasarkan video tiktok atau reels yang beredar. So, bijaklah bertindak.

Jangan Sisakan Makanan

Selain memang sejak dulu kita diajarkan oleh para orang tua untuk selalu menghabiskan makanan, dalam agam islam khususnya memang tidak diperbolehkan untuk menyisakan makanan. Banyak alasannya, salah satunya adalah "kita tidak pernah tahu di makanan yang mana terletak sebuah keberkahan". Bahkan kalau anak dulu, selalu diberikan wanti-wanti bahwa "nasi akan menangis ketika tidak dihabiskan".

Mulai Mengelola dan Mengolah Sampah

Siapa yang sudah mulai mengelola dan mengolah sampah hasil rumah tangga? Langkah itu adalah langkah yang tepat, karena sampah rumah tangga ini menjadi penyumbang dari menumpuknya sampah di masyarakat. Bagilah golongan sampah menjadi 3, yaitu organik, anorganik dan B3 (bahan berbahaya dan beracun). Sampah organik bisa dijadikan kompos untuk tanaman di rumah, sampah anorganik bisa didaur ulang (jika masih bisa), dan sampah b3 harus dikelola dengan khusus. 

Bijak Menggunakan Energi Listrik

Jujur, sejak SMA dulu aku pribadi sudah belajar bagaimana untuk bijak menggunakan energi listrik. Selain karena memang tegangan listrik yang tidak besar dan dibagi banyak rumah ketika itu, menghemat biaya listrik juga menjadi PR. Lalu kemudian kebiasaan itu diterapkan hingga sekarang. Bahkan awal 2019 dulu, di rumah sudah menggunakan Energi Listrik Tenaga Surya (meskipun hanya untuk skala kecil). Tentu ini relate dengan kehidupanku sebagai mahasiswa jurusan teknik elektro dengan tugas akhir tentang energi terbarukan.

Mulai Beralih ke Produk Ramah Lingkungan



Ilham Sadli Seorang Travel blogger sekaligus freelance Writer yang tergabung dalam Forum Lingkar Pena Cabang Jember sejak 2014, suka menulis puisi dan kadang terlalu nyaman dengan menulis kisah seseorang.

1 Komentar untuk "Ngakunya sih Suka Alam yang Asri, Tapi Kok Masih Begitu?"

Silahkan tinggalkan komentar, jangan lupa follow twitter @blogsadli, Instagram @ilhamsadli atau subscribe email anda untuk mendapatkan update terbaru. Terimakasih sudah berkunjung

Rajabacklink