√ Cukup Aku Mencintai Dalam Puisi - Ilhamsadli.com

Cukup Aku Mencintai Dalam Puisi

Ilhamsadli.com,- Mencintai dalam puisi, mungkin terasa aneh bagi sebagian orang. Tetapi tidak bagi kami para pujangga cinta yang menanamkan cinta-cintanya melalui tarian pena syair-syair. Mencintai dalam puisi jika dikiaskan adalah cinta dalam diam, karena yang mengerti pada siapa puisi itu tertuju hanyalah sang penulis puisi dan Tuhan. Citra cinta seperti inilah yang semestinya ada dalam diri muslim dan muslimah, jika merasa mulai jatuh cinta tidak tepat pada waktunya. Karena dalam cara ini, mereka yang dimabuk asmara belum mengungkapkan apa yang belum pantas diungkapkan. 
Cukup Aku Mencintai Dalam Puisi
Ketika hati dilanda candu asmara, kadang semuanya menjadi indah. Bahkan menyebutkan namanya saja bisa menggetarkan jiwa lalu getaran itu menjalar hingga ke seluruh tubuh. Bahagia, gembira, gelisah bercampur menjadi satu. Disatu sisi rasa ingin memiliki tetapi di sisi lain ingin membiarkannya berjalan apa adanya. Aku hanya tidak mau terjebak dalam keinginan untuk memiliki sedangkan pribadi belum sepenuhnya siap, tidak pantas rasaya untuk menjadikan murninya cinta sebagai kambing hitam dari kuatnya nafsu dunia. 

Aku mencintai dalam puisi bukan berarti tak ingin memiliki, tetapi rasa itu hanya terbendung. Biarkanlah waktu memberikan kepastian apakah memang dia yang terbaik ataukah ada yang lebih baik. Tetapi tetap saja harap tetap tumbuh dan bersemi dalam jiwa meskipun diri belum siap dan mantap untuk melangkah dalam kepastian. 

Mungkin hingga senja menghilang aku akan tetap membisu jika memang hati belum sepenuhnya mantap, tetapi bisu ini hanyalah dalam dunia nyata bukan dalam puisi. Walaupun lidah tak berucap namun do'a selalu menggema mengharapkan satu nama, cinta. Terkadang aku terjebak dalam keraguan, apakah benar aku mencintai dia karena Dia ataukah hanya nafsu yang berparas cinta. 

Abadi Dalam Puisi

Aku mungkin tak akan mampu seperti Yusuf a.s yang diberikan ujian berupa wanita cantik nan ayu seperti Zulaikha. Aku juga masih belum yakin akan bisa mengikuti jejak Ali bin Abi Thalib yang begitu kuat menyimpan rasa kagumnya pada Fatimah. Karena aku hanyalah sekedar aku, insan biasa yang sadar diri dan mengerti bahwa jodoh itu hanyalah persoalan pilihan. Pilihan untuk mendapatkan yang terbaik atau menjadikan diri pantas sebagai pilihan terbaik.

Aku sadar, mungkin hanya aku yang jatuh cinta dan dilanda asmara. Aku memahami, mungkin hanya sekedar aku yang memendam rasa ini sedang ia tidak. Tetapi percayalah bahwa nama, dirinya serta bagaimana dirinya terukir abadi dalam puisi. Menjelma dalam setiap sajak-sajakku, namun hanya aku yang tahu sedang ia tidak.
Aku hanya menanam asa dalam ranggasanya hati, mencoba untuk memupuk rindu dengan sajak-sajak. Gila memang, tetapi begitulah aku. Andaikan puisi dapat bicara, mungkin hanya nama serta gambar dirinya yang tampak. Tapi puisi hanyalah sekedar pusi.

Aku yang diam-diam memperhatikan dari jauh, tanpa pernah ia sadari. Atau mungkin ia sadar hanya saja memilih untuk pura-pura tidak sadar. Kadangkala juga sering mencari perhatiannya, hanya sekedar mengisyaratkan ada aku yang mengabadikan dirinya dalam puisi. Meski sejujurnya, tahu bahwa ia baik-baik saja sudah membuat rasa bahagia. Sederhana memang, karena begitulah aku dalam cinta yang sederhana sesederhana puisi-puisiku. 

Benar, aku mungkin mencintai layaknya separuh diriku. Tetapi rasa malu akan diri dan keimanan membuatku tersadar bahwa rasa itu benar tak pantas. Aku hanya insan yang dipenuhi keraguan, ketakutan kalau kalau kata hanya sekedar kata, atau cinta dalam diriku ternyata hanya sebatas nafsu. Aku hanya bisa berpuisi tak mampu berucap. Makau cukuplah aku mencintai dalam puisi, dan mengabadikan ia dalam sajak-sajak tak berpenghuni.
Ilham Sadli Seorang Travel blogger sekaligus freelance Writer yang tergabung dalam Forum Lingkar Pena Cabang Jember sejak 2014, suka menulis puisi dan kadang terlalu nyaman dengan menulis kisah seseorang.

4 Komentar untuk "Cukup Aku Mencintai Dalam Puisi"

  1. Waduhh kak..... pagi2 udah bicara cinta, Curhat Colongan nih alias curcol kayaknya.... welwh2...puisinya kasih aja ke orang yang dituju.. ^^

    BalasHapus
  2. Hanya bisa berucap wow atas tulisan ini. Hihihi

    BalasHapus
  3. Hahahaha.... beneran bikin baper ya kata-katanya. Duh, jadi kangen pengen bikin puisi deh :)

    BalasHapus
  4. berat, bener-bener pujangga cinta nih

    BalasHapus
Silahkan tinggalkan komentar, jangan lupa follow twitter @blogsadli, Instagram @ilhamsadli atau subscribe email anda untuk mendapatkan update terbaru. Terimakasih sudah berkunjung

Rajabacklink