√ Ketika Kebijakan Tak Lagi Berpihak - Ilhamsadli.com

Ketika Kebijakan Tak Lagi Berpihak



Alkisah, di sebuah tanah yang subur nan kaya raya. Hiduplah sebuah bangsa yang mereke menamai dirinya sebagai bangsa Ironisia. Sungguh menggetarkan hati, tanah yang dilimpahi kekayaan alam, keragaman budaya, hingga keindahan eksotisme alamnya. Namuns sayang sungguh disayany, bangsa ini pernah dijajah dan tidak pernah merasakan kekayaan yang melimpah dari tanahnya sendiri. Bangsa yang pernah begitu lama ditindas dalam ketidak adilan, bangsa yang kadang mengemis untuk makan ditanahnya sendiri. Sungguh sebuah kebetulan luar biasa. Nasib serta kondisi bangsa itu ternyata sama dengan nama bangsa itu sendiri. Ironisia.

Hingga tiba suatu massa, dimana bangsa itu mulai bangkit dari keterpurukannya. Ketika para pemudanya bergreliya, para tetua ikut ambil alih dalam hal pemikirannya, para pemuka agama tak henti-hentinya memberi petuah dan nasihat dan para santri yang semakin merapatkan shaff. Karena perjuangan merekalah, akhirnya Ironisia mendapatkan kemerdekaan. Akan tetapi, sesuai dengan namanya Ironi. Kebahagaiaan yang dirasakan bangsa ini hanya bisa dinikmati dalam hitungan jari saja, karena dalam kurun yang tidak lama kembali penyerangan demi penyerangan dilakukan. 

Walaupun mendapatkan predikat dan stempel bangsa merdeka, bangsa Ironisia masih saja belum mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluaruh rakyatnya. 60 tahun lebih bangsa Ironisia mendapatkan kemerdekaannya, hingga kini dipimpin oleh pemerintahan yang masih belum berpihak pada rakyat, khususnya masalah kebijakan. Sungguh sangat disayangkan ketika negara yang seharusnya kaya raya serta berkependudukan yang sejahtera hanyalah isapan isu belaka. Karena kebijakan-kebijakan banyak yang lebih mengarah pada mereka yang berkedudukan serta memiliki status sosial diatas rata-rata. Pribumi menjadi kuli, sedangkan tuannya adalah bangsa asing. Pribumi hanya mampu menangis keringat dan air mata, sedangkan asing berpesta pora dengan hasil bumi yang diperoleh dari tanah bangsa Ironisia.

Mereka yang beragama sudah banyak yang menjadi budak dunia, hingga akhirnya injak bawah untuk melaju keatas dan tarik atas untuk mendapatkan keuntungan. Amanah tidak lagi diperhitungkan, kemanusiaan tidak lagi diperdulikan, hingga keadilan sudah menjadi hal yang langka.
Sungguh ironis seperti namanya bangsa Ironisia. Mereka yang jujur dan berada pada pihak yang benar harus digusur dan dijerumuskan dalam lubang yang dalam. Mereka yang jujur dibungkam paksa dengan bermacam cara. Mereka yang adil dan membela sesama mulai diasingkan seperti bukan bangsa sendiri. Hingga banyak diantara kalangan bawah lebih memilih hidup di negeri impian daripada negeri nyata yang tidak berpihak padanya.

Sungguhlah ironis nasib bangsa Ironisia. Kebijakan-kebijakan publik sudah tidak lagi bisa mendukung kesejahteraan untuk rakyat kecil. Janji-janji para petinggi hanya sekedar janji manis belaka, bahkan semutpun enggan menghampirinya.

Janji yang awalnya disama ratakan keadilannya menjadi timpang dan berat sebelah. Padahal seharusnya, sebelum benar-benar bisa mendunia sudah sepantasnya terlebih dahulu untuk memberikan keselarasan pada bangsaya. Mereka yang jenius dan memiliki ide cemerlang untuk bangsa dikucilkan dan dibuang jauh dinegara orang.

Bangsa Ironisia kini sedang dalam fase keritis. Produk lokal sudah tidak diperdulikan dipasaran, hasil pertanian lokal hanya menjadi lambang karena kebijakan sudah tak lagi berpihak. Hukum semakin dibutakan, dimana ketika rakyat kecil bersalah langsung mendapatkan hukuman, akan tetapi malah terjadi sebaliknya jika mereka yang bermerk mendapatkan masalah dalam bidang hukum. Memfitnah, adu domba antar sesama sudah menjadi makanan sehari-hari bangsa Ironi.

Kepercayaan dan keyakinan putra-putri bangsanyalah yang kemudian menguatkan, mereka berkeyakinan bahwa akan tiba suatu massa dimana negeri yang elok akan menjadi pusat perhatian dunia karena kesejahteraan bangsanya.

Autor: Ilham Sadli
Ilham Sadli Seorang Travel blogger sekaligus freelance Writer yang tergabung dalam Forum Lingkar Pena Cabang Jember sejak 2014, suka menulis puisi dan kadang terlalu nyaman dengan menulis kisah seseorang.

Belum ada Komentar untuk "Ketika Kebijakan Tak Lagi Berpihak"

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar, jangan lupa follow twitter @blogsadli, Instagram @ilhamsadli atau subscribe email anda untuk mendapatkan update terbaru. Terimakasih sudah berkunjung

Rajabacklink